Keliling Nusantara: Dengan Cara Yang Berbeda
(Part -
1)
Dulu waktu kecil aku punya cita-cita keliling Nusantara (wahh...dianggap telalu muluk), Tapi benar, itu menjadi semangat dan motivasi untuk diwujudkan, mungkin orang bilang itu visi, tapi ... monggo, terserah saja yang jelas itu membuatku bersemangat. Apalagi bacaan favoritku adalah Tintin, yang berpetualang keliling dunia. Contohnya Cerutu sang Pharaoh, di Mesir, terus ada Rahasia Pulau Hitam di Skotlandia, lalu Tintin di Tibet, kemudian Penerbangan 714 yang mana Jakarta juga disebutkan dalam cerita. Mau lebih jauh lagi, ada Tawanan Dewa Matahari, di Peru. Bahkan ada yang paling jauh, yaitu Penjelajahan Di Bulan.
Kembali ke awal tadi, mengenai keliling Nusantara,
sempat juga memiliki angan menjadi pilot pesawat F-16B Fighting Falcon,
(waktu itu termasuk pesawat yang disegani, multirole aircraft), mengapa
yang F-16B? Karena kokpit-nya bisa untuk tandem, supaya ada teman yang
bisa diajak ngobrol (haha...). Kalau bisa jadi pilot F-16B kan bisa
menerbangkan pesawat, terus bisa lihat Nusantara dari atas, asyik...asyik
(nyanyi: ku kan terbang tinggi bagai rajawali, melintasi Nusantara).
Sortie pertama dari Yogya Adisutjipto menuju
Sabang dan transit di Polonia Medan isi bahan bakar. Kemudian sortie kedua dari
Polonia menuju Supadio Pontianak. Sortie ketiga dari Supadio menuju Sam
Ratulangi Manado. Sortie keempat dari Sam Ratulangi menuju airport Frans
Kaisiepo Biak. Tantangan yang sebenarnya ada di sortie kelima. Rute yang cukup
jauh jadi harus membawa extra bahan bakar di pylon bawah, dari Frans
Kaisiepo menuju Adisutjipto melewati Arafura, Pulau Timor, Sumba, Bali dan
akhirnya landing di Adisutjipto. Benar-benar sebuah angan-angan
keliling Nusantara.
Motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang
muncul dari dalam dirinya. Benar juga!! Motivasi keliling Nusantara itu tetap
menyala, meski mimpi jadi pilot nampaknya meredup. Suatu saat melihat bus Antar
Lintas Sumatera, mulai berpikir, “wah, tentu mengasyikkan bisa berpetualang
naik bus itu menjelajah Sumatera lewat jalur lintas timur sampai Medan.” Tak
lama muncul bus Aceh Transport, wow...lebih jauh pasti, tapi apa ya tidak pegel
punggung kalau naik bus sampai Aceh (artinya ingin mencoba).
Setelah belasan tahun berkutat di Jawa, akhirnya
bisa keluar Jawa, menyeberang ke Madura walau hanya 30 menit lalu kembali ke
Jawa, itu tahun 1995 (lumayan lah punya pengalaman). Baru tujuh tahun kemudian
benar-benar ke luar Jawa, tahun 2002 menyeberang ke Kalimantan Barat. Ternyata
alam yang sangat berbeda, dari Yogya pakai motor, kemudian naik travel ke
Semarang (waktu itu 30 ribu sampai di Tanjung Emas). Agak takut juga ketika
masuk kapal Dharma Kencana, penumpang membludak, harus berebutan untuk masuk
kapal, mana tas ranselku superbesar dan berat, untuk stok 3 hari 3 malam di
kapal, terpaksa menimbun 6 botol minuman kemasan, gara-gara informasi di kapal
harga air mahal minta ampun.
Di Pontianak, setelah kapal bersambung dengan angkot
menuju terminal, akhirnya naiki bus ukuran tiga perempat, menuju Darit (daerah
yang benar-benar asing bagiku), setelah sampai Darit, belum finish, masih harus
jalan kaki, what??? Iya jalan kaki, tapi bukan masalah jalan kakinya itu, tp
butuh 4 jam jalan kaki, tak hanya datar, tapi naik turun lewat hutan dan jalan
tanah licin, lengkap sudah demi keliling Nusantara (haha....), dan akhirnya
sampai tujuan di desa Sidan.
Sisi baiknya, ketika di pedalaman Kalimantan Barat
aku jadi mengenal apa itu Tempoyak Durian, Bekasam, Balenggang, rumah panggung,
Ketua Adat, pantangan ini itu, tumis daun katu. Tiap malam mengajari anak-anak
membaca, eh tapi lebih pas mengajari mengeja, karena memang baru belajar
mengeja huruf-huruf vokal dan konsonan. Setelah itu tidur harus pakai kelambu,
mana mau kalau sampai kena Malaria.
Setelah tiga puluh hari berkutat dengan jalan kaki
menembus hutan, terpeleset jalan licin, mandi di sungai, nyaris diseruduk babi
hutan akhirnya bisa kembali menghirup udara kota Pontianak (senangnya......).
Semangat keliling Nusantara meredup
Ingat..., nyala lilin sekalipun kecil akan tetap
mampu memberikan terangnya. Itu juga angan keliling Nusantara masing menyala
(sekalipun kecil, bagai nyaris mati tertiup hembus nafas). Kemudian, (terima
kasih Tuhan) ada kesempatan mengunjungi ........
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar