Halaman

Sabtu, 21 Juni 2014




biarkanlah ia ada
sebagaimana adanya



Jalan menuju tempat ini berupa cor pasir dan semen. Di beberapa bagian sudah mulai rusak terpapar panas matahari dan siraman air hujan. Membuatnya tidak begitu menarik untuk dilalui.

Namun,
siapa sangka ...


Ungkapan selamat datang dan senyum keramahan sang empunya rumah mengundang untuk singgah di rumah ini. Meski berdinding anyam bambu dan kerangka kayu tetaplah mampu meghadirkan kehangatan di tengah hempasan angin laut yang tiada henti


Manusia sebagai homo homini socius, takkan mampu ada dengan dirinya sendiri. Manusia ada karena interaksi dengan sesamanya. Dan, jamuan sederhana ini cukuplah menjadi jembatan pembuka komunikasi antar manusia.


Deretan pandan laut menghijau sepanjang bibir pantai bagai pagar antara hamparan pasir pantai dan jalan setapak. Beberapa gazebo bambu dan beratap sirap berdiri di sela-selanya menjadi aksen yang tak meninggalkan keselarasan dengan alam.


Jejak-jejak kaki tanpa alas sepanjang hamparan pantai menunjukkan butir-butir pasir yang ramah menyambut kedatangan sang wisatawan. Hempasan ombak memutih bergulung berkejaran menghadirkan daya pikat bagi insan. Dan, birunya air laut dan langit sejauh mata memandang seolah menyatu di horizon.


Dinding karang di kejauhan teruji menahan hempasan gelombang. Jejak setapak di tebingnya menghadirkan hasrat untuk didaki. Dari puncaknya menawarkan keunikan pantai dari sudut yang lain.



(Watukodok, 21/06/14)