Halaman

Minggu, 17 Februari 2013


Keliling Nusantara: Dengan Cara Yang Berbeda
 (Part - 1)

Dulu waktu kecil aku punya cita-cita keliling Nusantara (wahh...dianggap telalu muluk), Tapi benar, itu menjadi semangat dan motivasi untuk diwujudkan, mungkin orang bilang itu visi, tapi ... monggo, terserah saja yang jelas itu membuatku bersemangat. Apalagi bacaan favoritku adalah Tintin, yang berpetualang keliling dunia. Contohnya Cerutu sang Pharaoh, di Mesir, terus ada Rahasia Pulau Hitam di Skotlandia, lalu Tintin di Tibet, kemudian Penerbangan 714 yang mana Jakarta juga disebutkan dalam cerita. Mau lebih jauh lagi, ada Tawanan Dewa Matahari, di Peru. Bahkan ada yang paling jauh, yaitu Penjelajahan Di Bulan.

Kembali ke awal tadi, mengenai keliling Nusantara, sempat juga memiliki angan menjadi pilot pesawat F-16B Fighting Falcon, (waktu itu termasuk pesawat yang disegani, multirole aircraft), mengapa yang F-16B? Karena kokpit-nya bisa untuk tandem, supaya ada teman yang bisa diajak ngobrol (haha...). Kalau bisa jadi pilot F-16B kan bisa menerbangkan pesawat, terus bisa lihat Nusantara dari atas, asyik...asyik (nyanyi: ku kan terbang tinggi bagai rajawali, melintasi Nusantara).

Sortie pertama dari Yogya Adisutjipto menuju Sabang dan transit di Polonia Medan isi bahan bakar. Kemudian sortie kedua dari Polonia menuju Supadio Pontianak. Sortie ketiga dari Supadio menuju Sam Ratulangi Manado. Sortie keempat dari Sam Ratulangi menuju airport Frans Kaisiepo Biak. Tantangan yang sebenarnya ada di sortie kelima. Rute yang cukup jauh jadi harus membawa extra bahan bakar di pylon bawah, dari Frans Kaisiepo menuju Adisutjipto melewati Arafura, Pulau Timor, Sumba, Bali dan akhirnya landing di Adisutjipto. Benar-benar sebuah angan-angan keliling Nusantara.

Motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang muncul dari dalam dirinya. Benar juga!! Motivasi keliling Nusantara itu tetap menyala, meski mimpi jadi pilot nampaknya meredup. Suatu saat melihat bus Antar Lintas Sumatera, mulai berpikir, “wah, tentu mengasyikkan bisa berpetualang naik bus itu menjelajah Sumatera lewat jalur lintas timur sampai Medan.” Tak lama muncul bus Aceh Transport, wow...lebih jauh pasti, tapi apa ya tidak pegel punggung kalau naik bus sampai Aceh (artinya ingin mencoba).

Setelah belasan tahun berkutat di Jawa, akhirnya bisa keluar Jawa, menyeberang ke Madura walau hanya 30 menit lalu kembali ke Jawa, itu tahun 1995 (lumayan lah punya pengalaman). Baru tujuh tahun kemudian benar-benar ke luar Jawa, tahun 2002 menyeberang ke Kalimantan Barat. Ternyata alam yang sangat berbeda, dari Yogya pakai motor, kemudian naik travel ke Semarang (waktu itu 30 ribu sampai di Tanjung Emas). Agak takut juga ketika masuk kapal Dharma Kencana, penumpang membludak, harus berebutan untuk masuk kapal, mana tas ranselku superbesar dan berat, untuk stok 3 hari 3 malam di kapal, terpaksa menimbun 6 botol minuman kemasan, gara-gara informasi di kapal harga air mahal minta ampun.

Di Pontianak, setelah kapal bersambung dengan angkot menuju terminal, akhirnya naiki bus ukuran tiga perempat, menuju Darit (daerah yang benar-benar asing bagiku), setelah sampai Darit, belum finish, masih harus jalan kaki, what??? Iya jalan kaki, tapi bukan masalah jalan kakinya itu, tp butuh 4 jam jalan kaki, tak hanya datar, tapi naik turun lewat hutan dan jalan tanah licin, lengkap sudah demi keliling Nusantara (haha....), dan akhirnya sampai tujuan di desa Sidan.

Sisi baiknya, ketika di pedalaman Kalimantan Barat aku jadi mengenal apa itu Tempoyak Durian, Bekasam, Balenggang, rumah panggung, Ketua Adat, pantangan ini itu, tumis daun katu. Tiap malam mengajari anak-anak membaca, eh tapi lebih pas mengajari mengeja, karena memang baru belajar mengeja huruf-huruf vokal dan konsonan. Setelah itu tidur harus pakai kelambu, mana mau kalau sampai kena Malaria.

Setelah tiga puluh hari berkutat dengan jalan kaki menembus hutan, terpeleset jalan licin, mandi di sungai, nyaris diseruduk babi hutan akhirnya bisa kembali menghirup udara kota Pontianak (senangnya......).

Semangat keliling Nusantara meredup

Ingat..., nyala lilin sekalipun kecil akan tetap mampu memberikan terangnya. Itu juga angan keliling Nusantara masing menyala (sekalipun kecil, bagai nyaris mati tertiup hembus nafas). Kemudian, (terima kasih Tuhan) ada kesempatan mengunjungi ........

(bersambung)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar